BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai seorang manusia, kita harus
mempunyai pegangan yang kuat, juga bisa mengantarkan kita pada satu tujuan. Danakan
membawa kita kejalan lurus, yaitu sebuah agama yang dijadikan pedoman untuk
melaksanakan sesuatu (kehidupan). Dengan dasar – dasar dan ketentuan dalam
sebuah peraturan.Jadi agama sangatlah penting bagi kita.
Berdasarkan keterangan tersebut
agama sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari – hari, dan kita dapat mengambil
suatu kesimpulan bahwa agama adalah ajaran yang berasal dari Tuhan atau hasil
renungan manusia yang terkandung dalam kitab suci yang turun temurun dan
diwariskan oleh suatu generasi kegenerasi dengan tujuan untuk memberi tuntunan
dan pedoman hidup bagi manusia agar mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Sebagai orang beragama, seharusnya
kita memahami agama yang kita anut saat ini.Jangan hanya terbawa arus, ataupun
hanya mengikuti agama ‘bawaan sejak lahir’.Sebagai makhluk yang diberikan akal
pikiran, ada baiknya kita merenungi ‘Mengapa banyak agama di dunia?Bagaimana
pula asal muasalnya?Yang mana mendekati kebenaran? Apakah semua sama? Atau
berbeda?’.Masih banyak pertanyaan-pertanyaan yang harus kita gali dari kata
‘agama’ dan mencari jawabannya pula.Agar, kehidupan beragama yang kita jalani
‘jadi lebih bermakna’ dan dapat dijadikan pedoman/tujuan untuk menjalani
kehidupan bermasyarakat.
B.
Rumusan Masalah
1. Apa pengertian agama?
2. Bagaimana proses lahirnya agama?
3. Bagaimana ideologi memandang
agama?
4. Bagaimana konsep kebenaran dalam
agama?
C.
Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian
agama
2. Untuk mengetahui asal mula agama
dalam kehidupan
3. Untuk mengetahui hubungan antara
agama dengan ideologi
4. Untuk mengetahui konsep
kebenaran dalam agama
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Agama
1.
Secara
Etimologi
Mengenai arti agama secara etimologi
terdapat perbedaan pendapat, di antaranya ada yang mengatakan bahwa kata agama
berasal dari bahasa sansekerta yang terdiri dari dua sukukata yaitu “a” berarti “tidak” dan “gama”berarti
“kacau”, jadi artinya tidak kacau.
Kata agama dalam bahasa Indonesia
sama dengan“diin”(dari bahasaArab)
dalam bahasa Eropa disebut “religi”,
religion(bahasa Inggris), lareligion
(bahasa Perancis), the religie
(bahasa Belanda), die religion,
(bahasa Jerman). Kata“diin”dalam
bahasa Semit berarti undang-undang (hukum),sedang kata “diin” dalam bahasa Arab berarti menguasi, menundukkan, patuh,
hutang, balasan, kebiasaan. Meskipun terdapat perbedaan makna secara etimologi
antara “diin” dan agama, namun
umumnya kata “diin” sebagai istilah
teknis diterjemahkan dalam pengertian yang sama dengan “agama”.
Kata agama selain disebut
dengankata diin dapat juga disebut syara,syari’at/millah.Terkadang syara itu dinamakan juga addiin/millah.Karena hukum itu wajib
dipatuhi, maka di sebut “addin” dan
karena hukum itu dicatat serta dibukukan, dinamakan “millah”.Kemudian karena hukum itu wajib dijalankan, maka dinamakan
syara.
2.
Secara
Sosiologi
Adapun Agama dalam pengertian
sosiologi adalah gejalah sosial yang umum dan dimiliki oleh seluruh masyarakat
didunia, tanpa kecuali.Ia merupakan salah satu aspek dalam kehidupan sosial dan
bagian dari sistem sosial suatu masyarakat. Agama juga bisa dilihat sebagai
unsur dari kebudayaan suatu masyarakt disamping unsur – unsur yang lain,
seperti keseniaan, bahasa, sistem mata pencaharian, sistem peralatan, dan
sistem organisasi sosial.
3.
Secara
Istilah (Terminologis)
Agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu sebuah aturan yang mengandung sistem
kredo(tata keimana/keyakinan) atas adanya Tuhan, juga merupakan sistem situs
(ritual/tata peribadatan) manusia kepada Tuhan
dan juga sebagai sistem norma (kaidah yang mengatur hubungan manusia
dengan manusia dan manusia dengan alam) sesuai dengan keimanan dan tata
peribadatan itu.
Menurut Al-Syahrastani, agama adalah kekuatan dan kepatuhan yang terkadang
biasa diartikan sebagai pembalasan dan perhitungan (amal perbuatan di
akhirat) (M. Ali YatimAbdullah,2004:5)
Menurut Prof. Dr. Bouquet mendefinisikan agama adalah hubungan yang tetap
antara diri manusia dengan yang bukan manusia yang bersifat suci dan
supernatural, dan yang bersifat berada dengan sendirinya dan yang mempunyai
kekuasaan absolut yang disebut Tuhan. (Abu
Ahmadi,1984:14).
Dari pengertian agama dalam
berbagai bentuknya itu maka terdapat
bermacam-macam definisi agama.
Harun Nasution telah mengumpulkan delapan macam definisi agama, yaitu:
1. Pengakuan
terhadap adanya hubungan manusia dengan kekuatan gaib yang harus dipatuhi
2.
Pengakuan terhadap adanya kekuatan gaib yang menguasai manusia
3.
Mengikatkan diri pada suatu bentuk hidup yang mengandung pengakuan pada
suatu
sumberyang berada di luar diri
manusia dan yang mempengaruhi perbuatan-perbuatan manusia
4. Kepercayaan pada suatu kekuatan
gaib yang menimbulkan cara hidup tertentu
5. Suatu sistem tingkah laku yang berasal
dari suatu kekuatan gaib
6. Pengakuan terhadap adanya
kewajiban-kewajiban yang diyakini bersumber pada
suatukekuatan
gaib
7. Pemujaan terhadap kekuatan gaib yang timbul
dari perasaan lemah dan perasaan takutterhadap kekuatan misterius yang terdapat
dalam alam sekitar manusia
8. Ajaran-ajaran yang diwahyukan Tuhan kepada
manusia melalui seorang Rasul
B.
Proses
Lahirnya Agama
Teori
Asal Mula Agama
Masalah asal mula agama,
menimbulkan suatu pertanyaan “mengapa manusia percaya kepada suatu kekuatan
yang dianggap lebih tinggi daripadanya”, dan “mengapa manusia melakukan
berbagai hal dengan cara-cara yang beraneka warna untuk mencari hubungan dengan
kekuatan-kekuatan tadi”.Ternyata, telah menjadi obyek perhatian para ilmuan sejak
lama.Adapun mengenai hal tersebut ada berbagai pendirian dan teori yang
berbeda-beda.
Teori-teori yang terpenting adalah
:
a. Teori
bahwa kelakuan manusia yang bersifat religi itu terjadi karena manusia mulai
sadar akan
adanya faham jiwa
b. Teori
bahwa kelakuan manusia yang bersifat religi itu terjadi karena manusia
mengakui adanya
banyak gejala yang tidak dapat diterangkan dengan akalnya
c. Teori
bahwa kelakuan manusia yang bersifat religi itu terjadi dengan maksud untuk
menghadapi
krisis-krisis yang ada dalam jangka waktu hidup manusia
d. Teori
bahwa kelakuan manusia yang bersifat religi terjadi karenakejadian-kejadian
yang luar biasa dalam hidupnya, dan
dalam alam sekelilingnya
e. Teori bahwa kelakuan manusia yang bersifat
religi terjadi karena suatu getaran atau emosi yang ditimbulkan dalam jiwa
manusia sebagai akibat dari pengaruh rasa kesatuan sebagai warga masyarakatnya
f. Teori bahwa kelakuan manusia yang bersifat
religi terjadi karena manusia mendapat suatu firman dari Tuhan
Dari
teori-teori yang telah disebutkan, berikut ini adalaha penjelasannya.
1.
Teori Jiwa
“Teori Jiwa”, pada mulanya berasal dari seorang sarjana antropologi
Inggris, E.B.Tylor, dan diajukan
dalam kitabnya yang terkenal berjudul Primitive
Cultures (1873). Menurut Tylor,
asal mula agama adalah kesadaran manusia akan faham jiwa. Kesadaran akan faham
itu disebabkan karena dua hal, ialah :
a. Perbedaan yang tampak kepada manusia antara
hal-hal yang hidup dan hal-hal yang
mati. Suatu makhluk pada suatu saat
bergerak-gerak, artinya hidup; tetapi tak lama kemudian makhluk tadi tak
bergerak lagi, artinya mati.Demikian manusia lambat laun mulai sadar bahwagerak
dalam alam itu, atau hidup itu, disebabkan oleh suatu hal yang ada di samping
tubuh-jasmani dan kekuatan itulah yang disebut jiwa.
b. Peristiwa mimpi. Dalam mimpinya manusia
melihat dirinya di tempat- tempat lain daripada tempat tidurnya. Demikian
manusia mulai membedakan antara tubuh jasmaninya yang ada di tempat tidur, dan
suatu bagian lain dari dirinya yang pergi ke lain tempat.Bagian lain itulah
yang disebut jiwa.
Sifat abstrak dari jiwa tadi
menimbulkan keyakinan di antara manusia bahwa jiwa dapat hidup langsung, lepas
dari tubuh jasmani. Pada waktu hidup, jiwa masih tersangkut kepada tubuh
jasmani, dan hanya dapat meninggalkan tubuh waktu manus ia tidur dan waktu
manusia jatuh pingsan. Karena pada suatu saat serupa itu kekuatan hidup pergi
melayang, maka tubuh berada di dalam keadaan yang lemah.Tetapi kata Tylor, walaupun melayang, hubungan jiwa
dengan jasmani pada saat-saat seperti tidur atau pingsan, tetap ada.Hanya pada
waktu seorang makhluk manusia mati, jiwa melayang terlepas, dan terputuslah
hubungan dengan tubuh jasmani untuk selama-lamanya. Hal itu tampak dannyata,
kalau tubuh jasmani sudah hancur berubah debu di dalam tanah atau hilang
berganti abu di dalam api upacara pembakaran mayat; maka jiwa yang telah
merdeka terlepas dari jasmaninya itu dapat berbuat semau-maunya. Alam semesta
penuh dengan jiwa-jiwa merdeka itu, dan oleh Tylor tidak disebut soul
atau jiwa, tetapi disebut spirit atau mahluk halus. Demikian pikiran manusia telah mentransformasikan
kesadarannya akan adanya jiwa menjadi kepercayaan kepada mahluk-mahluk halus.
Pada tingkat tertua di dalam
evolusi religinya manusia percaya bahwa
mahluk-mahluk halus itulah yang menempati alam sekeliling tempat tinggal
manusia. Makhluk-makhluk halus tadi, yang tinggal dekat sekeliling tempat
tinggal manusia, yang bertubuh halus sehingga tidak dapat tertangkap panca
indera manusia, yang mampu berbuat hal-hal yang tak dapat diperbuat manusia,
mendapat suatu tempat yang amat penting di dalam kehidupan manusia sehingga
menjadi obyek daripada penghormatan dan penyembahannya, dengan berbagai upacara
berupa doa, sajian, ataukorban. Agama serupa itulah yang disebut oleh Tyloranimisme.
Pada tingkat kedua di dalam evolusi
agama, manusia percaya bahwa gerak alam hidup itu juga disebabkan oleh adanya
jiwa yang ada dibelakang peristiwa dan gejala alam itu.Sungai-sungai yang
mengalir dan terjun dari gunung ke laut, gunung yang meletus, gempa bumi yang merusak,
angin taufan yang menderu, jalannya matahari di angkasa, tumbuhnya tumbuh-tumbuhan
dan sebagainya, semuanya disebabkan oleh jiwa alam.Kemudian jiwa alam tadi itu
dipersonifikasikan, dianggap oleh manusia seperti makhluk-makhluk dengan suatu
pribadi, dengan kemauan dan pikiran.Makhluk-makhluk halus yang ada di belakang
gerak alam serupa itu disebut dewa-dewa alam.
Pada tingkat ketiga di dalam evolusi
religi, bersama-sama dengan timbulnya susunan kenegaraan di dalam masyarakat
manusia, timbul pula kepercayaan bahwa alam dewa-dewa itu juga hidup di dalam
suatu susunan kenegaraan, serupa dengan di dalam dunia makhluk manusia.Demikian
ada pula suatu susunan pangkat dewa-dewa mulai dari raja dewa sebagai yang
tertinggi, sampai pada dewa-dewa yang terendah. Suatu susunan serupa itu lambat
laun akanmenimbulkan suatu kesadaran bahwa semua dewa itu pada hakekatnya hanya
merupakan penjelmaan saja dari satu dewa yang tertinggi itu. Akibat dari
kepercayaan itu adalah berkembangnya kepercayaan kepada satu Tuhan yang Esa,
dan timbulnya agama-agama monotheisme.
2.
Teori Batas Akal
Teori ini berasal dari sarjana
besar J.G. Frazer, dan diuraikan
olehnya dalam jilid I dari bukunya yang terdiri dari 12 jilid berjudul The Golden Bough (1890). Menurut Frazer, manusia memecahkan soal-soal
hidupnya dengan akal dan sistem pengetahuannya, tetapi akal dan sistem
pengetahuan itu ada batasnya. Makin maju kebudayaan manusia, makin luas batas
akal itu.Akan tetapi dalam banyak kebudayaan, batas akal manusia masih amat
sempit.Soal-soal hidup yang ntak dapat dipecahkan dengan akal dipecahkannya
dengan magic, yaitu ilmu gaib.Magic menurut Frazer adalah segala perbuatan manusia (termasuk
abstraksi-abstraksi dari perbuatan) untuk mencapai suatu maksud melalui
kekuatan-kekuatan yang ada dalam alam, serta seluruh kompleks anggapan yang ada
di belakangnya.Pada mulanya menurutFrazer,
manusia hanya mempergunakan ilmu gaib untuk memecahkan soal hidupnya yang ada
di luar batas kemampuan dan pengetahuan akalnya.Agama waktu itu belum ada dalam
kebudayaan manusia. Lambat laun terbukti bahwa banyak dari perbuatan magicnya itu tidak ada hasilnya juga,
maka mulailah ia percaya bahwa alam itu didiami oleh mahluk-mahluk halus yang
lebih berkuasa daripadanya, maka mulailah ia mencari hubungan dengan makhluk-
makhluk halus yang mendiami alam itu. Demikianlah timbul agama.
Menurut Frazer memang ada suatu perbedaan yang besar di antara magic dan religion. Magic adalah
segala sistem perbuatan dan sikap manusia untuk mencapai suatu maksud dengan
menguasai dan mempergunakan kekuatan dan hukum- hukum gaib yang ada di dalam alam.
Sebaliknya, religion adalah segala
sistem perbuatan manusia untuk mencapai suatu maksud dengan cara menyandarkan
diri kepada kemauan dan kekuasaan makhluk-makhluk halus seperti ruh, dewa dsb.,
yang menempati alam. Kecuali menguraikan pendiriannya tentang dasar-dasar religi, Frazer juga membuat dalam karangannya The Golden Boughtersebut, suatu klarifikasi daripada segala macam
perbuatan ilmu gaib kepercayaan dalam beberapa tipe ilmu gaib.
3.
Teori Krisis dalam Hidup Individu
Pandangan ini berasal antara lain
dari sarjana-sarjana seperti M. Crawley
dalam bukunya Tree of Life(1905), dan
diuraikan secara luas oleh A. Van Gennep
dalam bukunya yang terkenal, Rites de
Passages (1909). Menurut sarjana- sarjana tersebut, dalam jangka waktu
hidupnya manusia mengalami banyak krisis yang menjadi obyek perhatiannya, dan yang
sering amat menakutinya. Betapapun bahagianya hidup orang, iaselalu harus ingat
akan kemungkinan-kemungkinan timbulnya krisis dalam hidupnya. Krisis-krisis itu
yang terutama berupa bencana-bencana sakit dan maut, tak dapat dikuasainya
dengan segala kepandaian, kekuasaan, atau kekayaan harta benda yang mungkin
dimilikinya. Dalam jangka waktu hidup manusia, ada berbagai masa di mana
kemungkinan adanya sakit dan maut itu besar sekali, yaitu misalnya pada masa
kanak-kanak, masa peralihan dari usia muda ke dewasa, masa hamil, masa
kelahiran, dan akhirnya maut. Dalam hal menghadapi masa krisis serupa itu
manusia butuh melakukan perbuatan untuk memperteguh imannya dan menguatkan
dirinya.Perbuatan-perbuatan serupa itu, yang berupa upacara-upacara pada
masa-masa krisis tadi itulah yang merupakan pangkal dari agama dan
bentuk-bentuk agama yang tertua.
4.
Teori Kekuatan Luar Bisa
Pendirian ini, dan untuk mudahnya
akan kita sebut “Teori Kekuatan Luar
Biasa”, terutama diajukan oleh sarjana antropologi bangsa Inggris, R.R. Marett dalam bukunya The Threshold of Religion (1909). Sarjana ini mulai
menguraikan teori nya dengan suatu kecaman terhadap anggapan-anggapan Tylor mengenai timbulnya kesadaran
manusia terhadap jiwa.Menurut Marett
kesadaran tersebut adalah hal yang bersifat terlampau kompleks bagi pikiran
makhluk manusia yang baru ada pada tingkat-tingkat permulaan dari kehidupannya
di muka bumi ini.Sebagai lanjutan dari kecamannya terhadap teori animismeTylor itu, maka Marettmengajukan
sebuah anggapan baru.Menurutnya, awal dari segala kelakuan keagamaan
ditimbulkan karena suatu perasaan rendah terhadap gejala- gejala dan
peristiwa-peristiwa yang dianggap sebagai biasa di dalam kehidupan manusia.Alam
tempat gejala-gejala dan peristiwa-peristiwa itu berasal, dan yang dianggap
oleh manusia dahulu sebagai tempat adanyakekuatan-kekuatan yang melebihi
kekuatan-kekuatan yang telah dikenal manusia di dalam alam sekelilingnya,
disebut Supernatural.Gejala-gejala,
hal-hal, dan peristiwa-peristiwa yang luar biasa itu dianggap akibat dari suatu
kekuatan supernatural, atau kekuatan
luar biasa, atau kekuatan sakti.
Adapun kepercayaan kepada suatu
kekuatan sakti yang ada dalam gejala-gejala, hal-hal dan peristiwa-peristiwa
yang luar biasa tadi, dianggap oleh Marett
suatu kepercayaan yang ada pada makhluk manusia sebelum ia percaya kepada
makhluk halus dan ruh; dengan kata lain, sebelum ada kepercayaan animisme.
Itulah sebabnya bentuk agama yang diuraikan Marett itu sering disebut praeanimisme.
5.
Teori Sentimen Kemasyarakatan
“Teori Sentimen Kemasyarakatan”, berasal dari seorang sarjana ilmu
filsafat dan sosiologi bangsa Perancis bernama E. Durkheim, dan diuraikan olehnya dalam bukunya Les Formes Elementaires de la Vie Religieuse
(1912). Durkheim yang juga menjadi
amat terkenal dalam kalangan ilmu antropologi budaya, pada awalnya mempunyai
suatu celaan terhadap Tylor, serupa
dengan celaan Marett tersebut di
atas. Beliau beranggapan bahwa alam pikiran manusia pada masa permulaan
perkembangan kebudayaannya itu belum dapat menyadari suatu faham abstrak
“jiwa”, sebagai suatu substansi yang berbeda dari jasmani. Kemudian Durkheim juga berpendirian bahwa
manusia pada masa itu belum dapat menyadari faham abstrak yang lain seperti
perubahan dari jiwa menjadi ruh apabila jiwa itu telah terlepas dari jasmani
yang mati. Celaan terhadap teori animismeTylor itu termaktub dalam permulaan
buku Les Formes Elementaires de la Vie
Religieuse , tempat beliaumengumumkan suatu teori yang barutentang
dasar-dasar agama yang sama sekali berbeda dengan teori-teori yang pernah
dikembangkan oleh para sarjana sebelumnya. Teori itu berpusat kepada beberapa
pengertian dasar, ialah :
a. Manusia pada waktu ia pertama kali timbul di
muka bumi, mengembangkan aktivitas religi itu bukan karena ia mempunyai
bayangan-bayangan abstrak tentang jiwa atau roh dalam alam pikirannya, yaitu
suatu kekuatan yang menyebabkan hidup dan gerak di dalam alam, melainkan karena
suatu getaran jiwa, suatu emosi keagamaan, yang timbul di dalam alam jiwa
manusia dahulu, karena pengaruh suatu rasa sentimen kemasyarakatan
b. Sentimen kemasyarakatan itu dalam batin
manusia dahulu berupa suatu kompleks perasaan yang mengandung rasa terikat,
rasa bakti, rasa cinta dan sebagainya terhadap masyarakatnya sendiri, yang
merupakan seluruh alam dunia di mana ia hidup
c. Sentimen kemasyarakatan yang menyebabkan
timbulnya emosi keagamaan, yang sebaliknya merupakan pangkal daripada segala
kelakuan keagamaan manusia itu, tentu tidak selalu berkobar-kobar dalam alam
batinnya. Apabila tidak dipelihara, maka sentiment kemasyarakatan itu menjadi
lemah dan latent, sehingga perlu dikobarkan kembali. Salah satu cara untuk
mengobarkan kembali sentimen kemasyarakatan adalah dengan mengadakan suatu
kontraksi masyarakat artinya dengan mengumpulkan seluruh masyarakat dalam
pertemuan-pertemuan raksasa
d. Emosi keagamaan yang timbul karena rasa
sentimen kemasyarakatan , membutuhkan suatu obyek tujuan. Sifat apakah yang
menyebabkan barang sesuatu hal itu menjadi obyek daripada emosi keagamaan bukan terutama
sifat luar biasanya, bukan pula sifat anehnya, bukan sifat megahnya, bukan
sifat ajaibnya, melainkan tekanan anggapan umum dalam masyarakat. Obyek itu ada
karena salah satu peristiwa kebetulan dalam sejarah kehidupan sesuatu
masyarakat di masa lampau menarik perhatian banyak orang di dalam masyarakat.
Obyek yang menjadi tujuan emosi keagamaan itu juga mempunyai obyek yang
bersifat keramat, bersifat sacre,
berlawanan dengan obyek lain yang tidak mendapat nilai keagamaan (ritual value) itu, ialah obyek yang
tak-keramat, yang profane.
e. Obyek keramat sebenarnya tidak lain daripada
suatu lambing masyarakat. Pada suku-suku bangsaasli benua Australia misalnya,
obyek keramat, pusat tujuan daripada sentimen-sentimen kemasyarakatan, sering
berupa sejenis binatang, tumbuh-tumbuhan, tetapi sering juga obyek keramat
ituberupa benda.Oleh para sarjana obyek keramat itu disebut totem.Totem itu (jenis binatang atau obyek lain) mengkonkretkan prinsip totem yang ada di belakangnya, dan
prinsip totem itu adalah suatu
kelompok tertentu di dalam masyarakat, berupa clan atau lain. Pendirian-pendirian tersebut pertama di atas, ialah
emosi keagamaan dan sentimen kemasyarakatan, adalah menurut Durkheim, pengertian-pengertian dasar
yang merupakan inti atau essence daripada
tiap religi, sedangkanketiga
pengertian lainnya ialah kontraksi masyarakat, kesadaran akan obyek keramat
berlawanan dengan obyek tak-keramat, dan totem
sebagai lambang masyarakat, bermaksud memeliharakehidupan daripada inti.
Kontraksi masyarakat, obyek keramat dan totemakan
menjelmakan (a) upacara, (b) kepercayaan dan (c) mitologi. Ketiga unsur
tersebut terakhir ini menentukan bentuk lahir daripada sesuatu religi di dalam sesuatu masyarakat yang
tertentu. Susunan tiap masyarakat dari be ribu-ribu suku bangsa di muka bumi
yang berbeda-beda ini telah menentukan adanya beribu-ribu bentuk religi yang perbedaan-perbedaannya
tampak lahir pada upacara-upacara, kepercayaan dan mitologinya.
6.
Teori Wahyu Tuhan
“Teori Firman Tuhan”, pada mulanya berasal dari seorang sarjana
antropologi bangsa Austria bernama W.
Schmidt. Sebelum Schmidt
sebenarnya ada sarjana lain yang pernah mengajukan juga pendirian tersebut.
Sarjana lain ini adalah seorang ahli kesusasteraan bangsa Inggris bernama A. Lang.
Sebagai ahli kesusasteraan, Lang telah banyak membaca tentang
kesusasteraan rakyat dari banyak suku bangsa di dunia.Di dalam dongeng-dongeng
itu, Lang sering mendapatkan adanya
seorang tokoh dewa yang oleh suku-suku bangsa bersangkutan di anggap dewa
tertinggi, pencipta seluruh alam semesta serta isinya, dan penjaga ketertiban
alam dan kesusilaan. Kepercayaan kepada seorang tokoh dewa serupa itu menurut Lang terutama tampak pada suku-suku
bangsa yang amat rendah tingkat kebudayaannya, dan yang hidup dari berburu atau
meramu, ialah misalnya suku-suku bangsa berburu di daerah Gurun Kalahari di
Afrika Selatan, yang biasanya disebut orang Bushman,
suku-suku bangsa penduduk asli benua Australia, suku-suku bangsa Negrito di
daerah hutan rimba di Kamerun dan Kongo, Afrika Tengah, penduduk kepulauan
Andaman, penduduk pegunungan Tengah di Irian Timur, dan juga beberapa suku bangsa
penduduk asli benua Amerika Utara. Berbagai hal membuktikan bahwa kepercayaan
itu tidak timbul sebagai akibat pengaruh agama Nasrani atau Islam, maka
kepercayaan tadi malahan tampak seolah-olahterdesak ke belakang oleh
kepercayaan kepada makhluk-makhluk halus, dewa-dewa alam, ruh, hantu, dan
sebagainya.
A.
Lang
berkesimpulan bahwa kepercayaan kepada dewa tertinggi adalah suatu kepercayaan
yang sudah amat tua, dan mungkin merupakan bentuk religi manusia yang tertua. Adapun pendiriannya itu diumumkannya
dalam beberapa karangan, antara lain dalam buku yang berjudul The Making of Religion (1898).
Anggapan A. Lang terurai di atas, tak lama kemudian diolah lebih lanjut oleh
W.Schmidt.Tokoh besar dalam kalangan
ilmu antropologi ini adalah guru besar pada suatu perguruan tinggi yang
pusatnya mula-mula diAustria, kemudian di Swiss, untuk mendidik calon-calon
pendeta penyiar agama Katolik dari organisasi Societas Verbi Divini. Di dalam suatu kedudukan serupa itu maka
mudah dapat dimengerti bagaimana anggapan akan adanya kepercayaan kepada
dewa-dewa tertinggi di alam jiwa bangsa-bangsa yang masih amat rendah tingkat
kebudayaannya, adalahsuatu anggapan yang amat cocok dengan dasar-dasar cara
berpikir W. Schmidt dan juga dengan
filsafatnya sebagai seorang pendeta agama Katolik. Di dalam hubungan itu beliau
percaya bahwa agama itu berasal dari titah Tuhan yang diturunkan kepada makhluk
manusia pada masa permulaan ia muncul di muka bumi ini. Karena itulah adanya
tanda-tanda daripada suatu kepercayaan kepadadewa pencipta, justru pada
bangsa-bangsa yang paling rendah tingkat ke budayaanya (artinya yang paling tua
menurut Schmidt), memperkuat
anggapannya mengenai adanya titah Tuhan asli, atau Uroffenbarungitu.Demikianlah kepercayaan yang asli dan bersih
kepada Tuhan, atau kepercayaan Urmonotheismustadi
itu malahan ada pada bangsa-bangsa yang tua yang hidup pada zaman ketika
tingkat kebudayaan manusia masih rendah. Di dalam zaman kemudian ketika makin
maju kebudayaan manusia, maka makin kaburlahkepercayaan asli terhadap Tuhan;
makin banyak kebutuhan manusia, makin terdesaklah kepercayaan asli itu oleh
pemujaan kepada makhluk-mahluk halus, ruh, dewa, dan sebagainya.
Anggapan Schmidt sebagaimana diuraikan di atas dianut oleh beberapa orang
sarjana yang untuk sebagian besar bekerja sebagai penyiar agama Nasrani dari
organisasi Societas Verbi Divini.Di
samping menjalankan tugas sebagai penyiar agama Nasrani di dalam berbagai
daerah di muka bumi, mereka melakukan penelitian-penelitian antropologibudaya
berdasarkan atas anggapan-anggapan pokok dari guru mereka. Demikian antara
lain, para sarjana itu mencari dalam kebudayaan-kebudayaan di daerah mereka
masing-masing akan adanya tanda-tanda suatu kepercayaan kepada dewa tertinggi.
Berdasarkan teori diatas, asal usul
terbentuk dan berkembangnya suatu agama dapat dikategorikan ke dalam tiga
jenis, yaitu :
a. Agama yang muncul dan berkembang dari
perkembangan budaya suatu masyarakat disebut dengan Agama Budaya atau Agama
Bumi (dalam bahasa Arab disebut Ardhi), seperti Hindu, Shinto, atau agama-agama
primitif dan tradisional.
b. Agama yang disampaikan oleh orang-orang yang
mengaku mendapat wahyu dari Tuhan disebut agama wahyu atau agama langit (dalam
bahasa Arab langit disebut samawi), seperti Yahudi, Nasrani dan Islam.
c. Agama yang berkembang dari pemikiran seorang
filosof besar. Dia memiliki pemikiran-pemikiran yang mengaggumkan tentang
konsep-konsep kehidupan sehingga banyak orang yang mengikuti pandangan hidupnya
dan kemudian melembaga sehingga menjadi kepercayaan dan ideologi bersama suatu
masyarakat.Agama semacam ini dinamakan sebagai agama filsafat, seperti
Konfusianisme (Konghucu), Taoisme, Zoroaster atau Budha.
Berikut bebrapa penjelasan mengenai
agama-agama yang telah disebutkan.
1.
Hindu
Agama Hindu (Bahasa Sanskerta: Sanātana Dharma "Kebenaran Abadi"
), dan Vaidika-Dharma"Pengetahuan
Kebenaran") adalah sebuah agama yang berasal dari anak benua India. Agama
ini merupakan lanjutan dari agama Weda (Brahmanisme) yang merupakan kepercayaan
bangsa Indo-Iran (Arya). Agama ini diperkirakan muncul antara tahun 3102 SM.
Hindu percaya adanya ratusan dewa dengan kekuasaan dan patung masing-masing,
terutama 3 dewa yang utama (trimurti) : Brahma, Wisnu dan Syiwa.
2.
Zoroaster
Lahir 7 abad SM yang mempercayai
Ahura Mazda sebagai Tuhan dimana pengikutnya memuja api.
3.
Buddha
Buddha (Sanskerta: berartiMereka
yang Sadar, yang mencapai pencerahan sejati. dari perkataan Sanskerta: "Budh", untuk mengetahui) merupakan
gelar kepada individu yang menyadari potensi penuh mereka untuk memajukan diri
dan yang berkembang kesadarannya.
Dalam penggunaan kontemporer, ia
sering digunakan untuk merujuk Siddharta
Gautama, guru agama dan pendiri Agama Buddha (dianggap "Buddha bagi
waktu ini"). Dalam penggunaan lain, ia merupakan tarikan dan contoh bagi
manusia yang telah sadar. Agama ini lahir 6 abad SM, pengikut-pengikutnya
memuja Budha Gautama dengan ajarannya
:Budha, Dharma, Sangkha.
4.
Taoisme.
Lahir 3 abad SM oleh Lao Tse, sebagai Tuhan dalam sistem
keagamaan bangsa Cina.
5.
Konfusianisme.
Lahir pada 551 tahun SM, diajarkan
oleh Confusius dengan kepercayaan
kepada leluhur/nenek moyang bangsa Cina.
6.
Shinto
Diperkenalkan sebagai agama
nasional bangsa Jepang tahun 1868 yang memuja kepada alam dan dewa-dewa serta
pahlawan-pahlawan mereka.
7.
Shikh
Sikhisme
(bahasa Punjabi) adalah salah satu agama terbesar di dunia.Agama ini berkembang
terutamanya pada abad ke-16 dan 17 di India.Kata Sikhisme berasal dari kata “sikh”,
yang berarti "murid" atau
"pelajar". Kepercayaan-kepercayaan
utama dalam Sikhisme adalah: Percaya dalam satu Tuhan yang pantheistik. Kalimat pembuka dalam naskah-naskah Sikh hanya
sepanjang dua kata, dan mencerminkan kepercayaan dasar seluruh umat yang taat
pada ajaran-ajaran dalam Sikhisme: Ek
Onkar (Satu Tuhan). Ajaran Sepuluh Guru Sikh (serta para cendekiawan Muslim
dan Hindu yang diterima) dapat ditemukan dalam Guru.Shikh diajarkan di India oleh Guru Nanak yakni campuran paham-paham Hinduisme dan Muslim namun
sangat menyimpang dari ajaran Islam. Kepercayaan ini serupa dengan aliran
Kebatinan di negara kita Indonesia.
8.
Yahudi
Yaitu istilah yang merujuk kepada
sebuah agama atau suku bangsa.Sebagai agama, istilah ini merujuk kepada umat
yang beragama Yahudi.Berdasarkan etnisitas, kata ini merujuk kepada keturunan Eber (Kejadian 10:21) atau Yakub,
anak Ishak, anak Abraham (Ibrahim) dan Sarah.Etnis Yahudi juga termasuk Yahudi yang tidak
beragama Yahudi tetapi beridentitas Yahudi dari segi tradisi.Agama Yahudi
adalah kombinasi antara agama dan suku bangsa.Kepercayaan semata-mata dalam
agama Yahudi tidak menjadikan seseorang menjadi Yahudi.Di samping itu, dengan
tidak memegang kepada prinsip-prinsip agama Yahudi tidak menjadikan seorang
Yahudi kehilangan status Yahudinya. Tetapi, definisi Yahudi undang-undang
kerajaan Israel tidak termasuk Yahudi yang memeluk agama yang lain. Yang dibawa oleh Nabi Musa AS untuk Bani Israel atau Yahudi semula bertauhid suci
namun kemudian menyembah Sapi Emas.
9.
Kristen
Adalah sebuah kepercayaan yang
berdasarkan pada ajaran, hidup, sengsara, wafat dan kebangkitan Yesus Kristus atau Isa Almasih. Agama kristen ini meyakini Yesus Kristus adalah Tuhan dan Mesias,
juru selamat bagi seluruh umat manusia, yang menebus manusia dari dosa. Mereka
beribadah di gereja dan Kitab Suci mereka adalah Alkitab.Murid-murid Yesus Kristus pertama kali dipanggil
Kristen di Antiokia.Protestan adalah sebuah mazhab dalam agama Kristen.Mazhab
atau denominasi ini muncul setelah protes Martin
Luther pada tahun 1517 dengan 95 dalil nya.Kata Protestan sendiri
diaplikasikan kepada umat Kristen yang menolak ajaran maupun otoritas Gereja
Katolik. Kata Katolik sebenarnya bermakna "universal" atau
"keseluruhan" atau "umum" (dari ajektiva Bahasa Yunani (katholikos) yang menggambarkan sifat
gereja yang didirikan oleh Yesus Kristus.
Kristen muncul pada permulaan kurang/lebih 2.000 tahun lalu.
10. Islam
Adalah Agama yang mengimani satu
tuhan, Islam secara bahasa (secara lafaz) memiliki beberapa makna. Islam
terdiri dari huruf dasar (dalam bahasa Arab): "Sin", "Lam",
dan "Mim". Beberapa kata dalam bahasa Arab yang memiliki huruf dasar
yang sama dengan "Islam", memiliki kaitan makna dengan Islam. Islam secara
bahasa adalah :Islamul wajh
(menundukkan wajah), Al istislam(berserah
diri), As salamah (suci bersih), As Salam (selamat dan sejahtera), As Silmu(perdamaian), dan Sullam (tangga, bertahap, atau taddaruj).Secara istilah, Islam berarti wahyu
Allah, diin para nabi dan rasul,
pedoman hidup manusia, hukum-hukum Allah yang ada di dalam Al Qur'an dan As
Sunnah, dan dia merupakan jalan yang lurus, untuk keselamatan dunia dan
akhirat.Islam muncul pada permulaan kurang/lebih 1400 tahun lalu. Nabi Muhammad
saw merupakan pembawa ajaran ketauhidan, Allah swt Yang Maha Esa.
C.
Ciri-Ciri
Agama Samawi
Seperti yang telah dijelaskan,
agama samawi disebut juga agama langit (agama wahyu) yaitu agama yang
diturunkan Tuhan dari langit berupa wahyu atau firman-firman-Nya untuk mengatur
kehidupan manusia agar sejahtera di dunia dan akhirat.
Ciri-ciri
Agama Samawi, yaitu :
1. Agama ini memiliki kitab suci yang otentik
(ajarannya bertahan/asli dari Tuhan)
2. Mempunyai nabi/rasul yang bertugas
menyampaikan dan menjelaskan lebih lanjut dari wahyu yang diterima
3. Agama samawi /wahyu dapat dipastikan
kelahirannya
4. Ajarannya serba tetap
5. Kebenerannya adalah universal yaitu berlaku
bagi setiap manusia, masa, dan keadaan
6. Ajaran Ketuhanannya adalah monotheisme
mutlak (satu Tuhan)
Berdasarkan fakta yang ada,
penganut agama samawi lebih banyak dibandingkan agama ardhi ataupun agama
filosof.Yaitu agama Kristen sebanyak 2,1 milyar; Islam 1,5 milyar; dan Yahudi
300 juta (Wikipedia). Hal ini
menunjukkan bahwa manusia cenderung kepada ajaran monotheisme mutlak
dibandingkan politheisme berdasarkan filosofi tokoh ataupun perkembangan budaya
masyarakat.
Agama samawi memiliki beberapa
kitab, yaitu :
1. Kitab Al Qur’an yaitu kitab yang diturunkan
Allah kepada Nabi Muhammad SAW.
2. Kitab taurat, yaitu kitab yang diturunkan
Allah kepada Nabi Musa.
3. Kitab Injil, yaitu kitab yang diturunkan
kepada Nabi Isa.
4. Kitab zabur, yaitu kitab yang diturunkan
Allah kepada Nabi Daud as.
5. Shuhuf Ibrahim dan Musa, yaitu lembaran yang
tertulis di dalamnya wahyu dari Allah yang diturunkan kepada Nabi Ibrahim dan
Nabi Musa
D.
Macam-Macam
Ideologi
1.
Definisi
Ideologi
Ideologi adalah kumpulan ide atau
gagasan.Kata ideologi sendiri diciptakan oleh Destutt de Tracy pada akhir abad ke-18 untuk mendefinisikan “sains
tentang ide“. Ideologi dapat dianggap sebagai visi yang komprehensif, sebagai
cara memandang segala sesuatu. Secara umum bisa diartikan sekelompok ide yang diajukan oleh kelas yang dominan pada
seluruh anggota masyarakat. Tujuan utama dibalik ideologi adalah untuk
menawarkan perubahan melalui proses pemikiran normatif. Ideologi adalah sistem
pemikiran abstrak (tidak hanya sekadar pembentukan ide) yang diterapkan pada
masalah publik sehingga membuat konsep ini menjadi inti politik.Secara implisit
setiap pemikiran politik mengikuti sebuah ideologi walaupun tidak diletakkan
sebagai sistem berpikir yang eksplisit. (definisi ideologi Marxisme).
Tidak dapat dipungkiri bahwa
ideologi pun dapat mengambil akar dari agama. Misalnya liberalisme, yang banyak memperoleh inspirasi dan reformasi agam
Kristen yang dibawakan oleh Marthin Luther abad ke-16. Meskipun
memiliki inspirasi dari agama, pada
perkebangannya, liberalisme lebih berfokus pada dimensi sekular, khususnya
gagasan-gagasan mengenai kemanusiaan, individualitas manusia dan pembatasan
kekuasaan Negara atas individu.
Contoh lainnya adalah Fundamentalisme agama yang dinyatakan memperoleh inspirasi dari
kitab suci.Zionismemisalnya.,
menyatakan dirinya berdasarkan janji Tuhan dalam Taurat, bahwa tanah Palestina
adalah tanah yang dijanjikan pada perkembangannya, Zionisme kemudian menjadi
ideologi sekular dan penuh muatan politik.
2.
Jenis
Ideologi
Ideologi yang bermunculan cukup
banyak, dan ini di akibatkan bervariasinya pemikiran individu yang menerapkan
kedalam ideologi yang dicetuskannya.Namun, untuk saat ini di cukupkan pada
beberapa ideologi yang umum (sering dibahas).
1.
Ideologi
Kapitalisme
Secara bahasa, Kapitalisme adalah
paham tentang Kapital (modal) jika dikembangkan lebih lanjut maka Kapitalisme
berarti paham ekonomi yang di dasarkan pada penginvestasian uang dalam rangka
menghasilkan uang. Tapi, aset-aset lain (misalnya: tanah, bangunan, kendaraan).
Yang bias di investasikan untuk menghasilkan uang. Uang yang dihasilkan dari
investasi untuk menghasilkan uang.
Kapitalisme terdiri atas 3 varian,
yaitu Kapitalisme Pedagang, Kapitalisme Produksi, dan Kapitalisme
Financial.Kapitalisme Pedagang (Merchant
Capitalism) termasuk jenis Kapitalisme yang paling tua.Kapitali (pelaku permodalan) menginvestasikan hartanya untuk
mencari barang yang langka dan memiliki keuntungan jika diperdagangkan.Investasi berupa uang, melainkan dapat termasuk
kendaraan, barang kebutuhan primer, barang berharga, dan sejenisnya. Kapitalisme
pedagang menuntut pembukaan pasar yang nantinya akan dilakukan monopoli
atasnya.
Kapitalisme
Produksi (Production Capitalism) dilakukan oleh Kapitalis yang memiliki alat
dan cara produksi. Bentuk yang paling dikenal adalah “pabrik”.Pabrik digunakan
untuk memproduksi barang tertentu, untuk kemudian di pasarkan. Untuk
memproduksi barang, pemilik pabrik
membutuhkan pekerja (labor). Labor ini juga sekaligus konsumen dari barang yang
mereka produksi. Barang yang dihasilkan ditukar dengan uang di “pasar”
(market). Keuntungan dari penjualan digunakan Kapitalis untuk di investasikan
ke dalam pabriknya, ataupun pada kegiatan lain. Uang, cara produksi, alat
produksi, pasar, profit, dan uang adalah konsep-konsep kunci untuk menganalisis
Kapitalisme produksi ini.
Kapitalisme Keuangan (Financial
Capitalism) merupakan bentuk terbaru dari Kapitalisme. Dalam Kapitalisme
keungan, modal di investasikan bukan kedalm bentuk barang , tenaga kerja atau
pabrik. Uang di investasikan kedalam selisih uang. Komoditas produksi
Kapatalisme keuangan adalah saham dana nilai tuksr uang (valuta). Pasar dalam
kegiatan Kapitalise keuangan adalah “bursa efek”.Kapitalisme keuangan inilah
yang kerap menciptakan devaluasi (penurunan) nilai-nilai mata uang dunia.
2.
Ideologi
Sosialisme
Sosialisme tumbuh sebagai kritik
atas Kapitalisme, khusunya Kapitalisme Produksi. Menurut Michael Newmann, Sosialisme adalah ideologi yang minimal di tandai
oleh:
1. Komitmennya untuk menciptakan masyarakat
yang egalitarian (sama).
2. Seperangkat kepercayaan bahwa orang bias
membangu system egalitarian alternative yang didasarka pada nilai-nilai
solidaritas dan kerjasama.
3. Pandangan yang optimistic yang memandang
manusia dan kemampuannya dapat bekerja sama antara satu dengan yang lainnya.
Dan
4. Keyakinan bahwa adalah mungkin untuk membuat
perubahan secara nayata di dunia ini melalui agen-agen yang terdiri atas
mereka-mereka yang sadar.
Sosialisme sama seperti
Kapitalisme, memiliki “pecahan”. Sosialisme sendiri adalah konsep induk dari
ideologi – ideologi yang muncul kemudian, dimana satu sama lain kerap bertolak
belakang dalam kegiatannya. Ideologi– ideologi tersebut adalah Sosialisme
Utopia, Sosialisme Marxisme, Sosialisme Komunise, Anarkisme, Sosial Demokrasi,
dan sejenisnya.
3.
Ideologi
Liberalisme
Liberalisme berkembang sejalan
dengan Kapitalisme.Perbedaanya , Kapitalisme berdasarkan Determinisme Ekonomi,
sementara Liberalisme tidak semata di dasarkan pada ekonomi, melainkan juga
Filsafat, agama, dan kemanusiaan. J.
Salwyn Schapiro menyatakan bahwa Liberalisme “ adalah perilaku berpikir
terhadap masalah hidup dan kehidupan yang menekankan pada nilai-nilai
kemerdekaan individu, minoritas dan bangsa”.
Lebih lanjut J. Salwyn Schapiro menjelaskan serangkain prinsip Liberalisme
yaitu:
1. Keyakinan mengenai pentingnya kemerdekaan
untuk mencapai setiap tujuan yang diharapkan
2. Setiap manusia memiliki hak-hak yang sama
di depan hukum yang dimaksudkan bagi kemerdekaan sipil
3. Tujuan utama dari setia kemerdekaan
mempertahankan kebebasan, persamaan dan keamanan semua warga Negara
4. Adanya kebebasan berpikir dan berekspresi
5. Adanya kebenaran yang Obyektif, bisa
ditemukan melalui kegiatan berpikir manurut metode riset, eksperimen, dan
verifikasi
6. Agama merupakan hal yang harus di
toleransi
7. Liberalisme berpandangan dinamis mengenai
dunia
8. Kaum Liberal adalah mereka yang idealis
(hendak mencapai tujuan) malalui praktek-praktek yang dipertimbangkan
Liberalisme terutama berkembang di Inggris, terutama sejak Glorious Revolution Dimana kekuasaan
Monarki Absolut Inggris di batasi. Tokoh Liberalisme adalah John Locke dan John Stuat Mill.Locke melalui
karyanya Two Treatises of Government
mensyaratkan tujuan pemerintahan untuk melindungi hak miliki yang di
perintah.Sementarah John Stuart Mill
melalui karyanya On Liberty, yang
mengawali sistem demokrasi dengan mekanisme suara terbanyak.
4.
Ideologi
Komunisme
Komunisme adalah paham yang
mendahulukan kepentingan umum diatas kepentingan pribadi dan golongan, paham
komunis juga menyatakan semua hal dan sesuatu yang ada di suatu negara dikuasai
secara mutlak oleh negara tersebut.Penganut faham ini berasal dari Manifest der Kommunistischen yang
ditulis oleh Karl Marx dan Friedrich Engels, sebuah manifes
politik yang pertama kali diterbitkan pada 21 Februari 1848 teori mengenai
komunis sebuah analisis pendekatan kepada perjuangan kelas (sejarah dan masa
kini) dan ekonomi kesejahteraan yang kemudian pernah menjadi salah satu gerakan
yang paling berpengaruh dalam dunia politik.
Komunis memiliki beberapa ciri
khas, diantaranya, yaitu :
a. Bidang politik : politik bersifat tertutup
hanya ada satu partai yang berkuasa yaltu partai komunis, rakyat hanya sebagai objek negara.
b. Bidang ekonomi : sistem ekonomi yang
diterapkan adalah sistem ekonomi etatisme.
c. Bidang sosial budaya : tidak percaya adanya
Tuhan, masyarakat hanya mengenal satu kelas sosial.
5.
Idelogi Pancasila
Pancasila terdiri dari dua kata
dari Sansekerta: pañca berarti lima dan śīla berarti prinsip atau asas. Ideologi
ini berisi 5 hal pokok, yaitu :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia
Indonesia menganut ideologi
Pancasila.Hal ini tercantum dalam Alinea IV Pembukaan UUD 1945 yang merupakan
landasan yuridis konstitusional.Pancasila sebagai dasar negara berarti bahwa
segala sesuatu yang berhubungan dengan kehidupan ketátanegaraan negara RI harus
berdasarkan Pancasila.Semua peraturan yang berlaku di Indonesia harus bersumber
pada Pancasila, dalam arti Pancasila adalah sumber dan segala sumber hukum di
Indonesia.
Pancasila sebagal dasar negara,
mempunyai kekuatan mengikat secara hukum, sehingga semua peraturan
hukum/ketatanegaraan yang bertentangan dengan Pancasila harus dicabut.
Perwujudan nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara, dalam bentuk peraturan
perundang-undangan bersifat imperatif (mengikat) bagi penyelenggara negara, lembaga kenegaraan,
lembagakemasyarakatan, warga negara Indonesia di manapun berada, dan penduduk
di seluruh wilayah.
Dalam ideologi pancasila, kehidupan
beragama dijamin dengan adanya sila pertama dalam pancasila.Oleh karena itu
Indonesia mengakui adanya 6 agama di Indonesia yaitu Islam, Kristen katholik,
Kristen protestan, Hindu, Buddha, dan Konghucu.
E.
Konsep
Kebenaran
Apakah agama dapat dikatakan sebuah
kebenaran?Ataukah agama adalah suatu bentuk terakhir yang bisa diwujudkan
manusia atas kegagalannya mendefinisikan sesuatu?Golongan atheis menuduhkan
pernyataan yang kedua bagi agama-agama. Sementara disisi lain, kebenaran agama
pun masih menjadi klaim dan rebutan masing-masing pemeluknya.
1.
Definisi Kebenaran
Secara
bahasa kata kebenaran itu bisa dikategorikan sebagai suatu kata benda yang
konkret maupun abstrak (Abbas Hamami,
1983). Secara bahasa arti dari kata kebenaran adalah proposisi yang benar
.proposisi sendiri berarti makna yang dikandung dalam suatu pernyataan
(statement). Apabila subjek menyatakan kebenaran bahwa proposisi yang diuji itu
pasti memiliki kualitas sifat atau karakteristik hubungan dan nilai.Hal yang
demikian itu karena kebenaran tidak dapat begitu saja terlepas dari kualitas,
sifat, hubungan dan nila itu sendiri.
2.
Tingkatan
Kebenaran
Berdasarkan scope potensi subjek,
maka susunan tingkatan kebenaran itu menjadi :
1.
Tingkatan kebenaran indera adalah tingakatan
yang paling sederhana dan pertama yang dialami manusia
2.
Tingkatan ilmiah, pengalaman-pengalaman
yang didasarkan disamping melalui indara, diolah pula dengan rasio
3.
Tingkat filosofis,rasio dan pikir murni,
renungan yang mendalam mengolah kebenaran itu semakin tinggi nilainya
4.
Tingkatan religius, kebenaran mutlak
yang bersumber dari Tuhan yang Maha Esa dan dihayati oleh kepribadian dengan
integritas dengan iman dan kepercayaan
3.
Teori
Kebenaran
Ada beberapa macam teori kebenaran,
namun yang akan dibahas hanya dua, yaitu :
1.
Teori Kebenaran Pragmatisme
Teori ini juga tergolong sebagai
teori kebenaran tradisional, sebab teori ini bersumber pada paham pragmatic
yang merupakan pandangan filsafat kontemporer karena paham ini baru berkembang
pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20.Tokoh-tokohnya yaitu C.S. Pierce, William James, dan John
Dewey.Menurut Kattsoff (1986)
menguraikan bahwa penganut pragmatismemeletakan ukuran kebenaran dalam salah
satu macam konsekuensi.Jadi menurut teori ini, suatu proposisi bernialai benar
bila proposisi itu mempunyai konsekuensi-konsekuensi praktis.Karena setiap
pernyataan selalu terikat pada hal-hal yang bersipat praktis, maka tiada
kebenaran yang bersifat mutlak, berlaku umum, tetap, berdiri sendiri, sebab
pengalaman itu berjalan terus dan segala yang dianggap benar dalam
perkembangannya pengalaman itu senantiasa berubah.Dari pernyataan tersebut
dapat disimpulkan bahwa suatu pengertian itu tidak pernah benar melainkan dapat
menjadi benar apabila dapat dimanfaatkan secara praktis.
Menurut Muhammad Abid mendefinisikan teori ini sebagai teori kebenaran yang
mendasarkan diri kepada kriteria tentang fungsi atau tidaknya suatu pernyataan
dalan lingkup ruang dan waktu tertentu.Menurutnya ide-ide itu belum dikatakan
benar atau salah sebelum diuji.
Teori pragmatisme (the pragmatic theory of truth)
menganggap suatu pernyataan, teori atau dalil itu memliki kebenaran bila memiliki
kegunaan dan manfaat bagi kehidupan manusia.Kaum pragmatis menggunakan kriteria
kebenarannya dengan kegunaan (utility)
dapat dikerjakan (workobility) dan
akibat yang memuaskan (satisfaktor
consequence).Oleh karena itu tidak ada kebenaran yang mutak/ tetap,
kebenarannya tergantung pada manfaat dan akibatnya.
Akibat/ hasil yang memuaskan bagi
kaum pragmatis adalah :
1. Sesuai dengan keinginan dan tujuan
2. Sesuai dengan teruji dengan suatu eksperimen
3. Ikut membantu dan mendorong perjuangan untuk tetap
eksis (ada)
Teori ini merupakan sumbangan
paling nyata dar filsuf Amerika tokohnya adalahCharles S. Pierce (1914-1939) dan diikuti oleh Wiliam James dan John Dewey
(1852-1859).Wiliam James misalnya
menekankan bahwa suatu ide itu benar terletak pada konsekuensi, pada hasil
tindakan yang dilakukan.Bagi Dewey
konsikasi tidaklah terletak di dalam ide itu sendiri, melainkan dalam hubungan
ide dengan konsekuensinya setelah dilakukan. Teory Dewey bukanlah mengerti obyek secara langsung (teori korepondensi) atau
cara tak langsung melalui kesan-kesan dari pada realita (teori konsistensi).
Melainkan mengerti segala sesuai melalui praktek di dalam program solving.
Menurut teori ini kebenaran adalah
kesan subjek tentang suatu realita, dan perbandingan antara kesan dengan
realita objek.Jika keduanya ada persesuaian, persamaan maka itu benar.Kebenaran
tak cukup hanya diukur dengan rasio dan kemauan individu.Kebenaran bersifat
objektif, universal,berlaku bagi seluruh umat manusia, karena kebenaran ini
secara antalogis dan oxiologis bersumber dari Tuhan yang disampaikan melalui
wahyu.
Penalaran dalam mencapai ilmu
pengetahuan yang benar setelah melakukan penyelidikan, pengalaman, dan
percobaan sebagi trial and error.Sedangkan manusia mencari dan menentukan
kebenaran sesuatu dalam agama dengan jalan mempertanyakan atau mencari jawaban
tentang berbagai masalah asasi dari atau kepada kitab suci.
Nilai kebenaran mutlak yang
bersumber dari Tuhan itu adalah objektif namun bersifat superrasional dan
superindividual. Bahkan bagi kaum religius kebenarn illahi ini adalah kebenarna
tertinggi, dimana semua kebanaran (kebenaran indera, kebenaran ilmiah,
kebenaran filosofis) taraf dan nilainya berada di bawah kebanaran ini :
Dalam teori kebenaran agama digunakan
wahyu yang bersumber dari Tuhan.Sebagai makluk pencari kebenaran, manusia dan
mencari dan menemukan kebenaran melalui agama.Dengan demikian, sesuatu dianggap
benar bila sesuai dan koheren dengan ajaran agama atau wahyu sebagai penentu
kebenaran mutlak.agama dengan kitab suci dan haditsnya dapat memberikan jawaban
atas segala persoalan manusia, termasuk kebenaran.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdarkan sub bab yang telah
dijelaskan pada makalah ini, bahwa agama merupakan hal pokok yang ada pada
setiap manusia. Ia berasal dari wahyu Tuhan yang turun dari langit, lalu
disampaikan oleh utusan Tuhan (samawi). Meskipun antar agama asal-usulnya ada
yang sama ataupun bertolak belakang, perlu dipahami pada hakikatnya agama
dijadikan sebagai tolak-ukur kebenaran dan ideologi (pandangan) setiap manusia,
bahkan sebuah negara. Ada yang hanya menjadikan agama sebagai ritual
biasa.Namun ada pula yang menjadikan agama sebagai pegangan ataupun tujuan
hidup bukan sekedar ritual. Namun, dalam perjalanannya agama-agama akan saling
berbenturan, menentukan siapakah yang paling benar. Untuk itu, diperlukan
kajian dan pemahaman literatur agama yang mendalam. Konsep kebenaran yang ada, dapat
kita jadikan acuan sebagai proses penelaahan agama. Setidaknya, kita harus
membuktikan bahwa agama yang ada saat ini bukan merupakan hal yang sia-sia
belaka. Suatu bentukterakhir yang bisa
diwujudkan manusia atas kegagalannya mendefinisikan sesuatu, seperti tuduhan
golongan atheis.
B.
Saran
Pemakalah menyadari bahwa makalh
ini masih jauh dari kesempurnaan.Banyak hal-hal yang kurang dan harus
diperbaiki.Maka pemakalah mengharapkan kritikan dan saran kepada para pembaca
terutama dosen, guna untuk perubahan dan perbaikan bagi pemakalah dikemudian
hari.
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Ideologi_politik
http://filsafat.kompasiana.com/2013/03/09/asal-mula-sebuah-agama-535360.html
http://kabarancak.blogspot.com/2011/02/10-agama-terbesar-di-dunia.html#comment-form
http://www.angelfire.com/il/Nalapralaya/AGAMAAGAMADIDUNIA.htmL
http://ariefsugianto503.blogspot.com/2011/05/sejarah-agama.html
http://lamanbaca.blogspot.com/2011/08/agama-di-indonesia.html
http://spi2010b.wordpress.com/2012/11/11/konsep-kebenaran-dalam-filsafat/
Tidak ada komentar :
Posting Komentar
Jadilah pembaca yang baik dan budiman, diharap jika mengcopas isi dari blog ini cantumkan alamat blognya.
Silakan berkomentar dengan santun, dengan senang hati saya akan membalasnya ^_^